1. Patung Selamat Datang
Di jaman olahraga masih menjadi harapan bangsa, patung ini dibuat untuk menyambut para peserta Asian Games IV tahun 1962. Patung yang terbuat dari perunggu tersebut ialah hasil karya Edhi Sunarso dan dirancang oleh mantan Gubernur Jakarta, Heng Ngantung.
Tinggi patung dari kepala sampai kaki 5 meter. Sedangkan tinggi seluruhnya dari kaki hingga tangan yang melambai adalah 7 meter. Tugu/patung ini ditempatkan di tengah bundaran besar di tengah persimpangan jalan, pertemuan Jl. Sudirman dan Jl. MH. Thmrin, Jakarta.
Mengapa patung yang berada tepat di tengah air mancur bunderan HI ini menghadap utara? Dikarenakan, jakarta bagian utara dalah pusat bisnis & tempat dimana tamu-tamu datang dari pelabuhan waktu itu. Lima formasi air mancur di sekeliling patung juga katanya menandakan ideologi negara kita, yaitu Pancasila.
Tinggi patung dari kepala sampai kaki 5 meter. Sedangkan tinggi seluruhnya dari kaki hingga tangan yang melambai adalah 7 meter. Tugu/patung ini ditempatkan di tengah bundaran besar di tengah persimpangan jalan, pertemuan Jl. Sudirman dan Jl. MH. Thmrin, Jakarta.
Mengapa patung yang berada tepat di tengah air mancur bunderan HI ini menghadap utara? Dikarenakan, jakarta bagian utara dalah pusat bisnis & tempat dimana tamu-tamu datang dari pelabuhan waktu itu. Lima formasi air mancur di sekeliling patung juga katanya menandakan ideologi negara kita, yaitu Pancasila.
2. Patung Dirgantara
Nama asli patung pancoran adalah patung Dirgantara, nak! Masih dirancang oleh Edhi Sunarso, patung yang dibuat sekitar tahun 1064 ini menyimbolkan betapa perkasanya kekuatan angkatan udara bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh arah tangan si patung yang menunjuk ke bekas Bandar Udara Internasional Kemayoran. Denger-denger sih, Bung Karno dulu kudu melego mobilnya demi biayain pembangunan patung ini. Patung ini terbuat dari perunggu, mempunyai berat 11 Ton dan terbagi dalam potongan-potongan yang masing-masing potongan beratnya 1 ton.
3. Patung Jendral Sudirman
Patung berukuran 12 meter itu terdiri atas, tinggi patung 6,5 meter dan voetstuk atau penyangga 5,5 meter, terletak di kawasan Dukuh Atas, tepatnya depan Gedung BNI, di tengah ruas jalan yang membelah Jalan Sudirman dan berbatasan dengan Jalan Thamrin. Patung ini terbuat dari perunggu seberat 4 ton dengan anggaran sebesar Rp 3,5 miliar dan dikerjakan oleh seniman sekaligus dosen seni rupa Institut Teknologi Bandung, Sunario.
Sosok Jenderal Sudirman digambarkan berdiri kokoh menghormat dan kepala sedikit mendongak ke atas untuk memberi kesan dinamis. Karena berdiri di tengah kawasan yang penuh dengan beragam aktivitas, patung sengaja didesain sederhana dan tidak memerlukan banyak rincian.
Biaya pembangunan patung yang menelan dana Rp 6,6 miliar berasal dari pengusaha, bukan dari APBD DKI.
Sosok Jenderal Sudirman digambarkan berdiri kokoh menghormat dan kepala sedikit mendongak ke atas untuk memberi kesan dinamis. Karena berdiri di tengah kawasan yang penuh dengan beragam aktivitas, patung sengaja didesain sederhana dan tidak memerlukan banyak rincian.
Biaya pembangunan patung yang menelan dana Rp 6,6 miliar berasal dari pengusaha, bukan dari APBD DKI.
4. Patung Arjuna Wijaya/Patung Asta Brata (Patung Delman)
Dibangun bulan Agustus 1987, patung ini menggambarkan Arjuna dalam perang Baratayudha yang kereta perangnya ’disetirin’ sama Batara Kresna. Pembuat patung ialah Nyoman Nuarta, seorang seniman asal Bali juga membuat Garuda Wisnu Kencana. Delapan kuda yang menarik kereta menyimbolkan 8 ajaran kehidupan yang disukai oleh Presiden Soeharto, yaitu falsafah bahwa hidup harus mencontoh bumi, matahari, api, bintang, samudra, angin, hujan dan bulan. Di bagian patung ada prasasti yang bertuliskan ‘Kuhantarkan kau melanjutkan perjuangan dengan pembangunan yang tidak mengenal akhir.’
Asal tahu aja, karena alasan klasik, yaitu keterbatasan dana.. Patung dibuat dari bahan poliester resin. Setelah keropos di sana sini, tahun 2003 patung ini direnovasi lagi dan materialnya diganti dengan bahan tembaga, hingga menghabiskan dana 4.000.000.000 (silakan dicerna sendiri berapa nol-nya).
5. Patung Pahlawan (Patung Pak Tani & Bu Tani)
Dilambangkan dengan seorang laki-laki yang menyandang senapan dan minta restu sama wanita di sisinya untuk maju ke medan perang, patung ini dibuat sebagai penghargaan pada para pejuang kemerdekaan Indonesia. Orang-orang aja yang nyebut patung Pak Tani karena doi pake caping.
Ide pembuatan patung dilontarkan Pak Karno yang abis dari Moskow dan terkesan dengan patung-patung di sana. Maka, dibuatlah patung oleh seniman bernama Rusia Matvei Manizer dan anaknya Otto Manizer. Patung yang berasal dari tembaga ini dibuat di Rusia dan dibawa ke Indonesia pake kapal laut. Di tahun 1963, patung diresmikan dengan tulisan “Bangsa yang menghargai pahlawannya adalah bangsa yang besar”.
Ide pembuatan patung dilontarkan Pak Karno yang abis dari Moskow dan terkesan dengan patung-patung di sana. Maka, dibuatlah patung oleh seniman bernama Rusia Matvei Manizer dan anaknya Otto Manizer. Patung yang berasal dari tembaga ini dibuat di Rusia dan dibawa ke Indonesia pake kapal laut. Di tahun 1963, patung diresmikan dengan tulisan “Bangsa yang menghargai pahlawannya adalah bangsa yang besar”.
6. Patung Pemuda Membangun.
Penampilan pemuda kekar dengan perut yang akan membuat iri cowok-cowok yang ikut kontes susu kesehatan khusus cowok ini dibuat sebagai penghargaan atas pemuda dan pemudi yang sudah membangun Indonesia. Api yang diangkat melambangkan semangat pembangunan yang tak pernah padam. Dulunya, patung yang entah mengapa digambarkan hanya pake seperti celana sobek-sobek itu direncanakan untuk diresmikan saat hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1971. Tapi karena belum selesai, jadinya diresmikan pada bulan Maret 1972.
7.Patung Pembebasan Irian Barat
Patung itu adalah Patung Pembebasan Irian Barat yang lebih beken disebut Patung Lapangan Banteng karena berada di dalam area Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
Patung ini dibuat pada Tahun 1962, dimana pada saat itu bangsa Indonesia sedang berjuang untuk membebaskan wilayah Irian Barat (Irian Jaya, kemudian sekarang menjadi Papua) dari tangan Penjajah (Belanda). Patung ini tercipta atas ide Bung Karno pada saat Beliau sedang pidato di Yogyakarta dalam menggerakan massa untuk membantu membebaskan saudara-saudaranya di Irian Barat. Yang kemudian diterjemahkan oleh Henk Ngatung dalam bentuk sketsa.
Bentuk patung ini menggambarkan seseorang yang telah bebas dari belenggu (Penjajah Belanda). Patung itu terbuat dari perunggu dengan berat 8 ton, berdiri di atas tugu berbentuk palang tinggi kokoh setinggi 15 meter. Tinggi patung dari kaki hingga kepala adalah 9 meter atau tinggi keseluruhan sampai ujung tangan kurang lebih 11 meter. Patung ini diresmikan oleh Bung Karno pada tanggal 17 Agustus 1963.
Patung ini dibuat pada Tahun 1962, dimana pada saat itu bangsa Indonesia sedang berjuang untuk membebaskan wilayah Irian Barat (Irian Jaya, kemudian sekarang menjadi Papua) dari tangan Penjajah (Belanda). Patung ini tercipta atas ide Bung Karno pada saat Beliau sedang pidato di Yogyakarta dalam menggerakan massa untuk membantu membebaskan saudara-saudaranya di Irian Barat. Yang kemudian diterjemahkan oleh Henk Ngatung dalam bentuk sketsa.
Bentuk patung ini menggambarkan seseorang yang telah bebas dari belenggu (Penjajah Belanda). Patung itu terbuat dari perunggu dengan berat 8 ton, berdiri di atas tugu berbentuk palang tinggi kokoh setinggi 15 meter. Tinggi patung dari kaki hingga kepala adalah 9 meter atau tinggi keseluruhan sampai ujung tangan kurang lebih 11 meter. Patung ini diresmikan oleh Bung Karno pada tanggal 17 Agustus 1963.
8. Monumen Nasional
Monumen Nasional terletak di pusat Jakarta, di depan Istana Negara dan dalam area gedung-gedung kantor pemerintahan. Pembangunan menara ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 oleh Presiden Soekarno dengan Soedarsono dan Silaban sebagai arsiteknya dalam rangka menunjukkan semangat kemerdekaan bangsa Indonesia, dilambangkan sebagai obor dengan api yang menyala-nyala di atasnya, monumen ini juga melambangkan lingga dan yoni yang merupakan perwujudan kesuburan tanah air Indonesia, atau juga melambangkan alu dan lumpang (penumbuk padi) juga perwujudan kesuburan dan kemakmuran bangsa Indonesia. Pembangunan selesai pada tanggal 12 Juli 1975 pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Tinggi menara ini 137 meter, nyala api yang terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dilapisi emas seberat 35 kilogram, bentuk piringan persegi dibawahnya berukuran lebar 45 X 45 meter dan tinggi 17 meter, dan ruangan Sejarah Nasional di dalamnya mempunyai tinggi langit-langit 8 meter.
No comments:
Post a Comment